Beranda | Artikel
Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan?
Jumat, 4 Januari 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab Kaifa Takunu Miftahan Lil Khoir (Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan). Pembahasan ini disampaikan oleh: Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 9 Rabbi’ul Tsani 1440 H / 17 Desember 2018 M.

Status Program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan

Status program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan: SELESAI.

Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan?

Imam Ibnu Majah dalam kitab sunannya dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam kitab As-Sunnah, juga selain keduanya meriwayatkan dari hadits ‘Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda,

إِنَّ مِنْ النَّاسِ ناساً مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ ، وَإِنَّ مِنْ النَّاسِ ناساً مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مِفْتَاحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مِفْتَاحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ

Sesungguhnya diantara manusia ada diantara mereka pembuka pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan, dan diantara manusia ada diantara mereka pembuka-pembuka keburukan dan penutup penutup kebaikan. Maka beruntunglah orang yang Allah jadikan pembuka kebaikan ditangannya dan celakalah orang yang Allah jadikan kunci-kunci keburukan berada ditangannya.

Ini adalah hadits yang sangat agung, yang mana hadits ini juga senada dengan hadits-hadits yang lain yang banyak diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan dan menegaskan makna dari hadits ini. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi rahimahullah dalam kitab sunannya dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi sallallahu ‘alaihi wa salam satu hari melewati beberapa orang yang sedang duduk-duduk kemudian Rasulullah bersabda:

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ ؟ قَالَ فَسَكَتُوا ، فَقَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ، فَقَالَ رَجُلٌ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنَا بِخَيْرِنَا مِنْ شَرِّنَا ، قَالَ ((خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ ، وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ

Maukah kalian aku beritahu orang yang paling baik di antara kalian dari orang yang paling buruk di antara kalian?” Abu Hurairah berkata: Para sahabat diam, beliau mengatakan demikian sampai tiga kali, kemudian salah seorang berkata: Ya, wahai Rasulullah, beritahukan kepada kami orang yang paling baik di antara kami dari orang yang paling buruk, beliau bersabda: “Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, dan orang yang paling buruk di antara kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya.” (HR. Tirmidzi)

Juga senada dengan hadits ini, hadits Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu dalam Dua Kitab Shahih dan selainnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliu bersabda:

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَ الْجَلِيسِ السَّوْءِ…

perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk…” Ini adalah hadits yang sangat terkenal.

Ketahuilah sesungguhnya setiap muslim selalu menginginkan untuk kebahagiaan dirinya dan kesuksesannya di dunia dan di akhirat. Ketika seorang muslim mendengar hadits yang agung seperti hadits Anas, juga hadits-hadits lain yang senada dengan hadits ini, tentu hatinya akan tergerak untuk memiliki sifat-sifat tersebut dan menginginkan untuk menjadi pembuka-pembuka kebaikan dan tidak menjadi pembuka-pembuka keburukan. Dan tentu tidak diragukan lagi bahwasanya ini adalah harapan setiap muslim. Tidak ada dari seorang muslim pun kecuali dia menginginkan untuk menjadi kunci atau pembuka kebaikan dan tidak ingin untuk menjadi pembuka keburukan. Semuanya ingin menjadi termasuk orang yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu orang yang beruntung dan tidak menjadi orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagian orang yang celaka. Yaitu orang yang mendapatkan adzab yang pedih dan adzab yang berat yang disiapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala bagi orang yang menjadi kunci-kunci keburukan dan penutup-penutup kebaikan.

Ketika jiwa kita menginginkan dan berharap untuk menjadi pembuka-pembuka kebaikan maka tentu kita harus bersungguh-sungguh untuk melaksanakan sebab-sebab kita menjadi orang yang menjadi pembuka-pembuka kebaikan dan penutup-penutup keburukan. Tentu tidak cukup sekedar berharap atau berangan-angan, namun kita harus memahami hakikat sebenarnya bagaimana cara untuk menjadi pembuka pembuka kebaikan di samping kita selalu memohon pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Kemudian kita akan mulai pembahasan kitab ini, yaitu كيف تكون مفتاحا للخير (Bagaimana caranya agar menjadi pembuka-pembuka kebaikan?).

Tentu inilah pertanyaan yang besar, pertanyaan yang penting yang kita semua membutuhkan kiat-kiat agar kita menjadi orang yang menjadi pembuka-pembuka kebaikan dan Syaikh ‘Abdurrazzaq akan menjelaskan satu persatu, kiat-kiat dan cara-cara agar kita menjadi pembuka-pembuka kebaikan dan penutup-penutup keburukan.

1. Allah ‘Azza wa Jalla adalah Sebaik-Baik Pembuka

Perkara yang pertama yang menjadi kiat agar kita menjadi pembuka-pembuka kebaikan dan penutup-penutup keburukan yaitu kita harus mengetahui bahwasanya Allah ‘azza wa jalla adalah sebaik-baik pembuka. Dan kita harus mengetahui bahwasanya Al-Fattah (Maha Pembuka) adalah Allah subhanahu wa ta’ala, Dialah sebaik-baik pembuka. Al-Fattah adalah nama dari nama-nama Allah ‘azza wa jalla yang wajib bagi setiap muslim beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala terhadap nama-nama Allah yang baik. Dan diantara nama-nama tersebut adalah Al-Fattah (Maha Pembuka).

Wajib bagi setiap muslim untuk bertaqarrub kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan nama-nama dan sifatNya sebagai praktek dari firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَلِلَّـهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا …

Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik maka berdo’alah kepada Allah dengan nama-nama tersebut” (QS. Al-A’raf[7]: 180)

Berdo’a kepada Allah tabaraka wa ta’ala dengan nama-namaNya yang Allah perintahkan kepada kita mencakup mencakup do’a ibadah dan do’a meminta. Berdo’a ibadah dengan cara memahami nama ini, mengetahui kandungan nama ini, menetapkan sifat yang terkandung dari nama tersebut. Kemudian kita merealisasikan dan menyempurnakan ibadah kita, taqarrub kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan nama Allah subhanahu wa ta’ala Al-Fattah. Dan nama Allah tabaraka wa ta’ala Al-Fattah adalah nama yang agung yang tertera dalam Al-Qur’an pada dua ayat. Yaitu:

…رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ ﴿٨٩﴾

“…Ya Allah, bukalah antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-A’raf[7]: 89)

Kemudian di ayat yang lain Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ ﴿٢٦﴾

Katakanlah: “Allah kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui”.”

Jadi, nama Allah Al-Fattah mengandung sifat membuka. Dan ini adalah sifat yang sangat agung yang mengandung makna yang disebutkan oleh para ulama. Diantaranya adalah bahwasanya Allah membuka diantara hamba-hambaNya dengan syariatNya, juga Allah membuka diantara hamba-hambaNya dengan balasanNya, juga Allah membuka diantara hamba-hambaNya dengan hukum-hukum yang Allah tetapkan. Allah ta’ala berfirman:

مَّا يَفْتَحِ اللَّـهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِن بَعْدِهِ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿٢﴾

Apa saja yang Allah buka diantara manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fatir[35]: 2)

Para pemirsa dan pendengar Rodja yang semoga dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala,

Oleh karena itu kita harus mengetahui bahwasanya langkah pertama dalam bab ini yaitu kita kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala, berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar kita menjadi pembuka kebaikan. Yaitu kita berdo’a kepada Allah yang Maha Pembuka. Dan Allah sebaik-baik pembuka. Kita bertawassul kepada Allah subhanahu wa ta’ala, tunduk dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala mengharapkan karunia Allah subhanahu wa ta’ala dan jujur ketika kita berdo’a kepada Allah ‘azza wa jalla. Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba yang memanggilNya, tidak akan menolak seorang Mukmin yang mengharapkan apa yang ada disisi Allah subhanahu wa ta’ala. Karena ditangan Allah subhanahu wa ta’ala semua kebaikan. Allah yang membuka kepada kita pintu ilmu yang bermanfaat, Allah yang membuka kepada kita pintu amal shalih, Allah yang membuka kepada kita pintu akhlak yang baik, Allah yang memberikan kepada kita kebaikan-kebaikan tersebut.

Berkata sebagian Salaf:

إنَّ هذه الأخلاق وهائب ، وإنّ الله تبارك وتعالى إذا أحبَّ عبده وهبه منها

Sungguhnya akhlak-akhlak ini adalah karunia dari Allah subhanahu wa ta’ala dan sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala jika mencintai seorang hamba, Allah akan memberikan akhlak tersebut kepadanya.

Dan Allah ‘azza wa jalla yang membagikan diantara hamba-hambaNya akhlak yang baik, rizki-rizki, amal-amal shalih, bahkan umur-umur kita Allah lah yang memberikan semua kepada kepada kita.

Oleh karena itu para pendengar sekalian, perkara yang pertama yang harus kita lakukan yaitu kembali berdo’a kepada Allah ‘azza wa jalla. Karena tidak mungkin kita mendapatkan ilmu, tidak mungkin kita mendapatkan pemahaman yang benar, tidak mungkin kita memiliki akhlak yang baik, tidak mungkin kita melakukan suatu ibadah atau selainnya dari perkara-perkara yang lain kecuali jika Allah yang membukakan kepada kita hal tersebut.

Sungguh indah apa yang diucapkan oleh salah seorang ulama dari kalangan Tabi’in yaitu Mutharrif bin Abdullah bin Sikhir, beliau mengatakan kalimat yang sangat agung:

لو أُخْرجَ قلبي وجُعل في يساري ، وجيء بالخيرات كلِّها وجعلت في يميني لم أستطع أن أجعل شيئًا من هذه الخيرات في قلبي إلا أن يكون الله الذي يضعه

Seandainya hatiku dikeluarkan dan ditempatkan hati tersebut di tangan kiriku, kemudian seluruh kebaikan dijadikan di tangan kananku, aku tidak akan mampu untuk menjadikan kebaikan-kebaikan tersebut yang ada di tangan kananku untuk aku taruh di hatiku yang ada di tangan kiriku kecuali Allah subhanahu wa ta’ala yang meletakkannya.

Seluruh keputusan ada ditangan Allah subhanahu wa ta’ala. Maka dari itu kadang-kadang kita seorang manusia mendengar nasihat, mendengarkan perkara-perkara yang bermanfaat, baik itu perkara yang bermanfaat dalam hal agamanya ataupun dunianya, mendengarkan pintu-pintu kebaikan, pintu-pintu perbuatan baik, pintu-pintu kemenangan, akan tapi hatinya dan jiwanya tidak tertarik untuk melakukan hal tersebut. Karena sesungguhnya taufiq ada ditangan Allah subhanahu wa ta’ala. Dan tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah ‘azza wa jalla.

Simak pada menit ke – 21:14

Simak Penjelasan Lengkap dan Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan?


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46345-bagaimana-menjadi-pembuka-pintu-kebaikan/